SURABAYA | Pantaukota.com — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya memperkenalkan ecoenzim sebagai solusi pengelolaan limbah organik di Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari. Dalam pelatihan yang digelar di Balai RW 10 ini, warga diajak mengolah sisa makanan menjadi cairan fermentasi serbaguna.(19/12/2024).
Kegiatan yang didampingi dosen pembimbing lapangan, Dia Puspitasari, S.Sosio., M.Si, ini bertujuan untuk mengurangi dampak limbah organik yang kerap menjadi masalah lingkungan. Berdasarkan data lingkungan, lebih dari 50 persen limbah domestik terdiri atas sisa makanan dan kulit buah. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat mencemari tanah, air, bahkan menghasilkan gas rumah kaca.
Baca Juga: Komisi B Desak Pemkot Gelar Operasi Pasar Gara Gara Harga Beras Melonjak
Ecoenzim dibuat melalui fermentasi limbah organik, gula, dan air dengan rasio 1:3:10. Prosesnya melibatkan fermentasi selama tiga bulan. Hasilnya, cairan ini memiliki banyak kegunaan, seperti pupuk organik, pembersih rumah tangga, dan penyeimbang ekosistem.
“Proses pembuatannya sangat sederhana, cukup menggunakan limbah dapur sehari-hari,” ujar Stefanus Lorenso mahasiswa UNTAG fakultas ilmu budaya. Campuran perlu dikocok setiap hari pada bulan pertama untuk mencegah gas berlebih, lalu disaring setelah tiga bulan untuk menghasilkan ecoenzim murni.
Baca Juga: Keren, Program CHATour Travel Bisa Akses Down Payment
Saya Stefanus Lorenso dari prodi sastra Jepang selaku mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melalui program KKN Non-Reguler di RW 10 Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, telah memperkenalkan ecoenzim sebagai solusi pengelolaan limbah organik di Kelurahan Gading, Tambaksari. Dengan memanfaatkan sisa makanan, gula, dan air dalam proses fermentasi sederhana, ecoenzim dapat digunakan sebagai pupuk, pembersih rumah tangga, dan penyeimbang ekosistem. Program ini bertujuan mengurangi limbah domestik, mendukung keberlanjutan lingkungan, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Mahasiswa juga memperkenalkan metode uji kualitas untuk memastikan ecoenzim yang dihasilkan memenuhi standar. Pengujian dilakukan melalui analisis pH, kandungan kimia, dan mikroorganisme yang terbentuk selama proses fermentasi.
Pelatihan ini mendapat sambutan hangat dari warga. Banyak peserta yang antusias mempelajari cara membuat ecoenzim di rumah mereka. “Kami berharap program ini bisa menginspirasi masyarakat untuk mengelola sampah secara bijak,” tambah mahasiswa lainnya.
Baca Juga: Ini Peluang Usaha Modal Kecil Yang Bagus Untuk Pemula
Aroma khas asam manis dari ecoenzim menunjukkan keberhasilan fermentasi tanpa kontaminasi. Dengan partisipasi aktif warga, ecoenzim diharapkan menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari yang mendukung lingkungan berkelanjutan.
Pemerintah desa pun menyambut baik inisiatif ini. Dukungan penuh dari masyarakat dan pemangku kebijakan menjadi kunci keberhasilan penerapan ecoenzim untuk jangka panjang. “Jika diterapkan secara luas, ecoenzim tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tutup dosen pembimbing.
Editor : Rredaksi